Selasa, 13 Desember 2016

Filsafat Dakwah

Nama:  Umi faizah
Nim : 1522101048
prodi : 3 Bki a      



 Manusia sebagai pelaku dakwah

       Dakwah tidak akan ada artinya apabila tidak ada manusia. Posisi manusia begitu sentral dalam aktivitas kedakwahan baik sebagai pelaku maupun sebagai objek dakwah. Meskipun sangat sulit bagi seorang dai memahami manusia dengan berbagai keunikannya, tetapi bukan berarti seorang dai mengabaikan atau menjauhkan diri dari pemahaman terhadap konsep manusia. Justru keefektifan dan kesuksesan dakwah banyak ditentukan oleh kemampuan da'i dalam mengenal diri dan objek dakwahnya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep manusia menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar bagi  umat islam atau mereka-mereka yang terjun dalam aktivitas dakwah.
  • A. Kebutuhan Manusia terhadap DakwahDakwah
Mengacu pada kisah hay bin yaqzan yang dikarang oleh oleh ibnu Thufail, seorang filsuf dari Andalusia, manusia dengan kemampuan akalnya mampu mengenal Tuhannya. Seperti halnya yang dilakukan oleh nabi Ibrahim a.s yang mengamati bintang, bulan dan matahari, sehingga beliau berkesimpulan bahwa ada Tuhan yang menciptakan benda-benda tersebut. Namun, kemampuan manusia tidak bisa mengungkapkan lebih jauh bagaimana cara manusua harus berterima kasih dan berhubungan lebih dekat dengannya. Dalam kisah Hay bin Yaqzan tersebut, akhirnya dia membutuhkan petunjuk dari seseorang yang mengajarkannnya bagaimana cara berterima kasih dan berhubungan lebih dekat dengan Tuhan. Hay bin yaqzan bertemu dengan soloman yang telah mendapatkan petunjuk (wahyu) dari Tuhan. Artinya meskipun manusia dengan akalnya mampu mengenal Tuhannya, tetapibmanusia membutuhkan wahyu untuk mengkonfirmasi pengenalannya dan sekaligus sebagai petunjuk tentang cara berterima kasih dan berhubungan dengan-Nya.
Dengan demikian, manusia amat memerlukan seorang utusan Tuhan (rasul) yang mrndapatkan petunjuk (wahyu) dari Allah. Keberadaan rasul bukanlah kehendak manusia, melainkan kehendak Tuhan. Oleh karena itu, keberadaan rasul merupakan rahmat yang diberikan tuhan kepada manusia.
       Dalam keterangan hadist pun nabi muhammad menjelaskan bahwa ada dua fitrah yang diberikan kepada manusia, yaitu fitrah maqbulah dan fitrah munajjalah. Yang artinya: " Rasulullah Saw. Telah memberikan kepada kami ada dua berita, aku telah mendengar salah satu dari keduanya dan ak menunggu berita yang lain. Telah diberitahukan kepada kami bahwa amanat telah turun di relung hati seseorang, kemudian kamu diberitahu tentang Al-Qur'an dan al sunnah.
       Fitrah maqbullah adalah amanah yang turun di lubuk hati manusia, seperti yang diisyaratkan dalam Al -Qur'an surat Al-A'raf ayat 172. Fitrah maqbul inilah yang menguatkan penjelasan di atas bahwa secara kodrati manusia dengan kemampuan akalnya memiliki kemampuan dalam mengenal tuhannya. 
       Untuk memperkuat fitrah yang diterima manusia, maka manusia memerlukan fitrah manjalah yaitu al qur'an dan al sunnah yang disampaikan oleh seorng rasul yang menjadi utusan tuhan. Keberadan adalah fitrah munjjalah ini amat penting bagi manusia. Karena dalam perjalanan hidupnya, manusia sering mengalami berbagai gejolak kejiwaan akibat tuntutan hidup manusia maupun berbagai macam macam paham atau kepercayaan yang timbul disekitarnya. 
      Dengan demikian, dakwah bagi manusia merupakan suatu keniscayaan yang bersifat fitrah. Jika ada manusia yang belum menemukan fitrah, terutama fitrah munajjalah, maka keberadaan dakwah perlu terus menerus dikembangkan oleh umat islam, agar mereka dapat menemukan fitrah yang tertuang dalam ajaran al qur'an dan al sunnah. Umat islam perlu menampilkan pesan-pesan islam sehingga orang-orang yang belum mengenal islam dapat tertarik untuk mengkaji dan memeluk islam.

B. Manusia sebagai Da'i
      Hakikat manusia dalam perspektif islam adalah beramal saleh yang dilandaskan dengan iman. Salah satu amal saleh yang dilakukan oleh manusia adalah berdakwah. Tidak mungkin terjadi aktivitas dan gerakan dakwah di muka bumi ini manakala tidak ada manusia yang melakukannya. Manusia menjadi unsur utama dalam kegiatan dakwah bahkan, keberhasilan dakwah banyak ditentukan oleh pelaku dakwah itu sendiri. Pelaku dakwah dalam keilmuwan dakwah dikenal dengan istilah da'i.
      Secara bahasa perkataan da'i meruoakan isim fail dari kata da'a-yad'u-da'watan -daiyah yang berarti orang yang mendirikan dakwah. Arti ini masih bersifat umum artinya bisa mendirikan dakwah ila al- Thagut (ke jalan kesesatan) atau ila al- islan ( ke jalan keselamatan).
  •       Sedangkan arti da'i secara istilah berarti orang yang menyampaikan islan, orang yang mengajrkan islam dan orang yang berusaha untuk menerapkan islam.  Seperti halnya tertuang dalam QS Al-Ahzab [33]:45-46).
Sumber: filsafat dakwah
Karya/penulis  : Dr.Abdul Basit,M.Ag.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar